Manusia dan Kebahagiaan
Pernah sesekali ku mendengar satu hal paling konyol dan naif —maaf— dari salah seorang temanku, "aku ingin mencari kebahagiaan."
"Kebahagiaan apa yang kau maksud?" sautku sontak terheran-heran.
"Yang penting bahagia. Entah itu wanita, bepergian, atau apapun yang membuatku bahagia."
"Lalu apakah kau saat ini tidak bahagia? kamu juga kan ngga sedang menghadapi masalah."
"Ya iya sih.. cuman.. lagi bosen aja."
Terkadang manusia lupa dengan arti dari kebahagiaan. Padahal kalau menurut KBBI, kata 'kebahagiaan' itu sendiri memiliki arti: kesenangan dan ketentraman hidup (lahir batin); keberuntungan; kemujuran yang bersifat lahir batin. Sedangkan apa yang seringkali kita temui per hari ini, kebahagiaan selalu dimaknai sebagai suatu perolehan atau pencapaian dari apa yang selama ini mereka ekspektasikan. Padahal nyatanya, kebahagiaan tak harus didapati dari pencapaian.
Ambisi dan harapan yang tak pasti selalu membuat manusia kurang bijak dalam menempatkan makna kebahagiaan. Harapan yang besar untuk memperoleh cinta dan pengakuan seringkali menghanyutkan mereka dalam angan-angan. Kegagalan yang mereka dapatkan akan mengundang kesedihan, dan lemahnya tekat membuat ritme perjalanan menjadi kacau dan kadang terhentikan.
Kebahagiaan selalu menghampiri, meliputi seluruh unsur kehidupan. Membersamai setiap kehidupan yang seringkali tersampingkan oleh laranya keadaan. Manusia perlu memperhatikan segala aspek yang meliputi dirinya, dan bersyukur atas segala kenikmatan yang ia peroleh walau sekecil biji cengkeh.
Setidaknya, kita masih diberi kesempatan untuk bernafas tanpa melalui gangguan pernafasan. Haha..
Komentar
Posting Komentar