Manusia Yang Tak Pernah Memiliki Hatinya Sendiri

Suasana hati manusia selalu berubah. Tak sekali dua kali manusia harus berpikir "apa yang sebenarnya aku rasakan?". Itu adalah persoalan penting untuk setiap jiwa manusia yang tak mati. Manusia memiliki dinding tinggi yang rapuh. Sesekali ia harus meninggikan dan mengokohkannya, namun sesekali ia harus roboh karena alasan yang terkadang sulit untuk dipahami. Lalu di mana letak kepemilikan manusia terhadap hati mereka sendiri, jika ia yang memiliki dan merasakannya saja tidak mampu untuk mengendalikannya? Dalam QS. Al-An'am: Ayat 125 (Juz 8) فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِۚ وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَاۤءِۗ كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ "Maka, siapa yang Allah kehendaki mendapat hidayah, Dia akan melapangkan dadanya untuk menerima Islam. Siapa yang Dia kehendaki menjadi sesat, Dia akan menjadikan dadanya sempit lagi s...